Kisah Petualangan Di Laut
Nermaid Flaro
Angin bertiup sepoi-sepoi.
Udara siang itu sangat bersahabat. Cuaca cerah. Padahal hari-hari seperti ini
biasanya mendung. Matahari tampak begitu riang menyapa tumbuhan. Bunga-bunga
bermekaran. Kupu-kupu berlari-lari mengejar pasangannya. Gugur daun berjatuhan.
Menerpa alunan jalan di sebuah desa kecil di Cora. Desa yang indah dengan
diapit oleh 3 gunung. 2 diantaranya sudah tidak aktif lagi. Setiap pagi kau
bias melihat gunung-gunung itu dengan jelas.
Desa itu masih asri.
Kehidupan masyarakat masih tradisional. Mayoritas mereka bekerja sebagai petani
dan peternak. Sapi dan kambing adalah hewan ternak yang utama. Memang daerah
itu memilliki padang rumput yang luas. Kehidupan masyarakat sangat bersahabat.
Dengan tetangga sudah seperti keluarga.
Ini adalah kisah hidup
gadis kecil yang tinggal di sebuah rumah sederhana. Di samping rumah ada 2 pohon. Sedangkan 1 pohon
berada di ujung halaman. Pohon itu hamper berhimpitan dengan bibir sungai
kecil. Air di sungai itu sangat bening. Mata airnya berasal dari Gunung Bisgut.
Flora sudah tidak memiliki
orang tua. Semenjak orang tuanya meninggal, Flora tinggal bersama nenek dan
kakak perempuannya, Dama. Setiap hari, nenek merajut pakaian untukdi rumah.
Jika sudah terkumpul agak banyak, Flora menjualnya ke pasar.
Mereka memiliki 3 ekor
kambing, 5 ayam, dan 1 kucing. Kambing itu adalah peninggalan dari orang tua
Flora. Sekitar 2 tahun yang lalu, ayah dan ibu merantau ke kota. Di tengah
perjalanan ternyata kapal yang ditumpangi menabrak karang sehingga kapalnya
tenggelam. Sampai sekarang jasad kedua orang tuaa Flora belum juga ditemukan.
Flora berharap orang tuanya masih hidup, ditemukan orang lain saat itu.
Flaro berlari-lari dengan
temannya, Mosi dan Capi saat pulang sekolah. Capi mengajak Flaro dan Mosi untuk
pergi ke suatu tempat.
“Hari ini cuaca sangat
cerah ya.” Kata Mosi.
“Wah, indah sekali hari
ini. Apalagi kalau kita pergi jalan-jalan. Pasti akan menyenangkan.” Ucap Flaro.
“Bagaimana kalau kita pergi
ke desa seberang? Kita menggembalakan kambing di sana. Pasti seru.” Capi
mencoba menawarkan.
“Setuju.” Serentak Flaro
dan Mosi menyetujui saran Capi.
Mereka pergi ke rumah
masing-masing. Meyiapkan bekal untuk pergi ke desa Kadmin. Rumah mereka tidak
jauh untuk menuju ke padang rumput di sana. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15
menit untuk berjalan. Mereka berkumpul di bawah pohon trembesi yang berada di halaman
rumah Flaro yang tidak ada pagarnya.
“Apa kalian sudah siap?” Tanya
Capi.
“Bagaimana
kambing-kambing?” Kalian siap? Ayo berangkat.”
Mereka harus melewati hutan
untuk menuju pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar