Pendidikan
bervisi SETS (Sains, Environment, Technology, and Society) atau Salingtemas (Sains,
lingkungan, tekonologi, dan masyarakat)
Pendidikan
bervisi SETS adalah pendidikan yang embawa system pendidikan untuk menghasilkan
lulusan yang dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya guna meningkatkan
kualitas hidup manusia (termasuk dirinya sendiri) tanpa harus membahayakan
lingkungannya (Binadja, 2000)
Selain
itu, pendidikan bervisi SETS memberikan peluang kepada para peserta didik untuk
berpikir komprehensif dengan menggunakan secara terintegratif sebagai
pengetahuan yang telah dimiliki. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai
macam persoalan yang ada maupun yang dapat diramalkan akan timbul sebagai
akibat klondisi tertentu. Visi SETS juga mensyaratkan pemikiran timbale balik
penagruh antara elemn SETS itu sendiri sehingga memungkinkan dihasilkannya
pemikiran komprehensif yang mengarah kepada produk kreatif dan inovatif di
bidang-bidang yang ditekuni dengan berlandaskan sains dan teknologi. Dengan
pemikiran berlandaskan SETS ini pula
kita juga mampu mengembangkan pengetahuan-pengetahuan baru yang sementara ini
belum terpikirkan.
Di
masa mendatang kehidupan berlandaskan sains dan teknologi menjadi semakin tak
terelakan. Pemahaman terhadap sains dan teknologi yang digunakan sehari-hari,
betapa pun sederhananya, akan sangat membantu meringankan beban masyarakat
dalam segala hal. Pemahaman sains dan teknologi itu nampaknya merupakan
persyaratan minimal kehidupan masyarakat masa depan. Dengan itu, masyarakat
tidak akan terlampau khawatir dengan perkembangan sains dan teknologi di masa
depan. Akan tetapi bila hanya sekedar dapat memahami dan menerapkan sains dan
teknologi tanpa batas. Dapat terjadi ketimpangan social karena penggunaan
aksesif sains dan teknologi. Bahaya yang dapat ditimbulkan pda lingkungan dan
masyarakat tentu akan sangat merugikan masyarakat itu sendiri. Itulah sebabnya,
persyaratan lain yang terkandung dalam visi SETS sangat diperlukan.
Secara
umum, pendidikan SETS memebrikan penekanan pada konservasi nilai-nilai positif
pendidikan, budaya, dan agama sementara tetap maju dalam bidang sains,
teknologi, dan ekonomi (Binadja, 2006). Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yangs selalu meningkat. Di dalam pemenuhan kebutuhan masyarkat melalui
penerapan sains ke bentuk teknologi tersebut diharapkan tidak berlaku kerusakan
lingkungan fisik maupun mental. Visi SETS member wadah yang longgar dalam
system pendidikan yang telah ada, tidak diperlukan terjadinya benturan-benturan
kepentingan social atau individu. Perubahan system pendidikan kebervisikan SETS
adalah usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan. oleh karena itu, hendaknya
dipandang secara positif. Konservasi nilai-nilai positif pendidikan, budaya dan
agama hendaknya dipandang sebagai jaminan bahwa tak ada pihak yang dirugikan
dalam perubahan paradigmapendidikan sebagai akibat penerapan SETS sebagai visinya.
Pendidikan
SETS bervisi SETS akan member peluang lebih luas kepada para peserta didik
untuk dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara lebih baikdan
bertujuan baik dalam kehidupan sehari-hari dan untuk menjemput masa depan.
Dalam usaha menghasilkan sumber daya manusia yang lebih potensial di masa
mendatang, diperlukan arah pendidikan yang lebih jelas dan terimplementasikan sehingga
memungkinkan peserta didik dan masyarakat memperoleh manfaat sebesar-besarnya
dari pengetahuan yang diperkenalkan dan harus dipelajari oleh peserta didik.
Untuk memahami pendidikan SETS maka diperlukan pemahaman terhadap unsur-unsur
yang terdapat dalam pembelajaran dengan pendekatan SETS yang saling
terintegrasi yaitu :
a.
Pendekatan STM (Sains, Teknologi, Masyarakat)
Pembelajaran dengan pendekatan STM adalah suatu
pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/ masalah
yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan kinerja/
guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur
pelaksanaan, pencarian informasi, dan evaluasi.
Pendekatan STM memiliki karakteristik sebagai berikut :
(1) Identifikasi masalah(oleh siswa) di dalam
masyarakat yang memiliki dampak negatif
(2) Mempergunakan masalah
yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan
ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan
(3) Menggunakan sumber daya yang terdapat dalam masyarakat baik
materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun
informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari
kehidupan sehari-hari
(4) Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu
engetahuan alam dan teknologi
(5) Mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun
informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan yaitu :
(a)
Dapat membantu sis5wa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir
logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
(b)
Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya
perana sains dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat.
(c)
Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains dan teknologi yang
diperkirakan akan dijumpainya dalam kehidupan kelak.
(d) Siswa lebih bebas
berkreativitas selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pembelajaran Lingkungan
Pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan merupakan pembelajaran yang mengintegasikan unsur
lingkungan dalam materi pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa dari
berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan menuju perilaku
yang sadar terhadap lingkungan dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungan.
Pendidikan lingkungan membentuk siswa menjadi sadar terhadap
lingkungan. Kesadaran lingkungan memiliki makna kognitif dan afektif. Sadar
lingkungan memiliki beberapa arti :
(1) Tahu dan mengekspresikan dampak perilaku
terhadap lingkungan
(2) Tahu dan mampu mengekspresikan tentang
berbagai penyelesaian
(3) Memahami perlunya
langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan
(4) memahami pentingnya
kerja sama dalam menyelesaikan masalah lingkungan.
Berdasarkan
pengamatan, pendidikan lingkungan di berbagai jenjang masih bersifat ilmu
pengetahuan, para siswa memperoleh berbagai informasi lingkungan, tetapi
tampaknya siswa belum mengetahui cara bertindak untuk lingkungan sesuai dengan
kapasitasnya. Pendidikan lingkungan belum mampu mendorong minat, motivasi, dan
keterampilan untuk bertindak. Dalam pembelajaran salingtemas yang
mengintegrasikan lingkungan dengan materi pembelajaran memberikan alternatif
membentuk siswa yang sadar terhadap lingkungan yang tidak hanya berupa
informasi tentang kerusakan lingkungan dan unsur-unsur yang terdapat di dalam
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar