Minggu, 08 April 2012

Psikologi Humanistik Untuk Seminar Amburadul




Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
Dosen Pengampu Sri Susilaningsih, S.Pd, M.Pd





Disusun oleh
Muin Arifah
NIM. 1401410203
Rombel 5





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIERSITAS NEGERI SEMARANG
2011



Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Belajar adalah proses pemberian informasi sehingga terjadi perubahan perilaku individu. Sering dijumpai dala pembelajaran konvensional pendidik menjadi pusat belajar, di mana siswa harus menerima apa yang diucapakan pendidik. Selain itu, pembelajaran di kelas sering membuat siswa bosan, mereka terus dipaksa untuk melakukan pembelajaran yang tidak disukainya. Nilai tes dianggap sebagi ukuran untuk menentukan kemampuan siswa. Tak jarang banyak siswa yang melakukan kecurangan saat evaluasi dilaksanakan seperti mencontek, bekerja sama dengan teman saat evaluasi, dan mencuri kunci jawaban.
Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara  keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistic. Penganut aliran Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana akar munculnya aliran humanistic?
2.      Siapa tokoh penting dalam aliran humanistic dan teorinya?
3.      Apa saja prinsip dalam teori belajar humanistik?
4.      Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik?
5.      Apa aplikasi aliran humanistic dalam pembelajaran?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan akar munculnya aliran humanistic.
2.      Menjelaskan tokoh penting dalam aliran humanistic dan teorinya.
3.      Menjelaskan prinsip dalam teori belajar humanistic.
4.      Menjelaskan aplikasi teori belajar humanistic.
5.      Menjelaskan aplikasi aliran humanistic dalam pembelajaran.
Abstrak

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara  keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistic. Aliran Psikologi Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah.

Kata kunci: psikologi, humanistik, pendidikan














Pendahuluan

A.    Akar Munculnya aliran Humanistik
Aliran humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif tentang manusia. Praktik pendidikan humanistic berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1960-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1990-an dengan munculnya tokoh-tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Carls Rogers.
Sebenarnya pendidik humanistic merupakan penerus dari John Dewey, pelopor pendidikan progresif. Dia menolak gagasan psikologi modern dan penggunahan latihan sebagai metode pembelajaran serta aspek lainnya yang tidak memiliki nilai manfaat dan hanya memiliki fungsi dekoratif. Penyajian bahan belajar yang spesifik dan ketat, penggunaan metode pembelajaran yang sistematis, memotivasi peserta didik,  yang dilakukan pendidik seperti sekarang ini akan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, namun tidak akan mampu menumbuhkembangkan kepekaan anak, kreativitas, dan potensi anak. Pakar pendekatan humanistic percaya bahwa setiap individu memiliki sifat-sifat kebajikan dari dalam (menyangkut minat, bakat, kemampuan, dan hasrat ingin tahu) dan bersifat realistic.
Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan sosioemosional lebih penting dibandingkan dengan hasil pendidikan yang bersifat akademik. Peserta didik diberi kebebasan untuk tumbuh dan kreatif sehingga menjadi individu beraktualisasi diri (actualized persons). Maka dari itu, diperlukan lingkungan yang mendukung individu dalam mengungkapkan sifat-sifat perseptif, spontan, ekspresif, tidak bersifat pura-pura, menyenangkan, dan tidak menakutkan. Hal ini akan mampu membuat individu mengarahkan diri sendiri, percaya diri, matang, realistic dalam mencapai tujuan yang fleksibel seperti yang diinginkannya.

B.     Tokoh-tokoh Penting dalam Aliran Humanistik dan Teorinya
1.      Abraham Maslow
Dalam hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis, lalu kebutuhan individu berkembang dengan kebutuhan ingin dilindungi, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan seterusnya hingga kebutuhan tersebut berkembang menjadi kebutuhan mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Tahap kebutuhan tersebut tidak bersifat statis. Setiap kebutuhan bisa semakin meningkat atau melemah tergantung dari perkembangan masing-masing individu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas,atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi /keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
2.      Carl R. Rogers
Rogers mengutarakan pendapat tentang karakteristik belajar yang humanistik, meliputi prinsip berikut :
a.       Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan mengeksplorasi lingkungan.
b.      Belajar yang Berarti
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak sehingga anak akan belajar lebih cepat.
c.       Belajar Tanpa Ancaman
Proses belajar akan berjalan lancar tanpa ancaman manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
d.      Belajar atas Inisiatif Sendiri
Belajar yang dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar akan mampu memberikan motivas anaki.
e.       Belajar dan Perubahan
Waktu lampau dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral akibat kemajuan IPTEK.
3.      Arthur Combs
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Ada kalanya banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
Suatu kekeliruan jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa missinya telah berhasil.

C.    Prinsip Belajar Humanistik
Dari bukunya Freedom To Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a.       Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
  1. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
  2. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
  3. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
  4. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
  5. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
  6. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
  7. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
  8. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
  9. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

D.    Aplikasi Aliran Humanistik dalam Pembelajaran
Pembelajaran humanistic sebenarnya lebih dipengaruhi oleh pandangan filsafat humanisme yang beranggapan bahwa pentingnya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab siswa. Bila seseorang mampu mengaktualisasi dirinya dengan bebas tanpa adanya tekanan lingkungan, maka ia akan mencapai kesejahteraan. Untuk itu, pembelajaran hendaknya menjadikan siswa itu dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Prinsip yang Nampak dalam kegiatan pembelajaran humanistic cenderung mendorong anak untuk berfikir induktif karena mementingkan factor pengalaman dan keterlibatan aktif dalam proses belajar.
1.      Fungsi Pendidik
Peran pendidik dalam pembelajaran humanistic adalah sebagai fasilitator. Pendidik bertugas membimbing belajar, sebagai model dan teman siswa dalam pemecahan masalah, sebagai katalisator dalam memprakarsai proses belajar, dan sebagai pembantu dalam proses belajar. Sedangkan tanggung jawab dan pemilihan kegiatan belajar tetap pada diri siswa.
Ada 5 peran pendidik dalam menerapkan kegiatan pembelajaran humanistic.
a.       Menciptakan iklim belajar
Lingkungan belajar dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Lingkungan fisik perlu dirancang agar suasana menjadi nyaman seperti temperature, ventilasi udara, tempat duduk, lampu penerangan, cat dinding berwarna cerah. Aspek lain untuk menciptakan iklim belajar yaitu kegiatan belajar yang efektif diperlukan kekayaan dan kemudahan memperoleh  sumber daya.  Ada 4 faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
1)      Persiapan sarana dan kegiatan belajar
Proses pemberian informasi dalam pembelajaran sebaiknya menggunakan tampilan yang menarik dan mudah dipahami sehingga mendorong semangat siswa untuk mengikuti pelajaran. Siswa juga perlu dilibatkan dalam menyiapkan sarana belajar seperti OHP, LCD, dan computer.
2)      Pengaturan lingkungan
Sebelum kegiatan belajar dimulai, hendaknya lingkungan fisik ditata sehingga tampak menyenangkan. Posisi tempat duduk perlu divariasi. Sarana belajar yang posisinya kurang tepat dibenarkan dahulu sehingga siswa merasa nyaman untuk belajar.
3)      Pembukaan pelajaran
Dalam pembukaan pelajaran dapat memberikan orientasi mengenai tujuan dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan siswa. Misalnya dalam kegiatan diskusi, dalam pembukaan pelajaran dijadikan forum untuk memperkenalkan anggota kelompok.
4)      Membangun suasana kebersamaan
Yaitu adanya kerja sama pada kelompok tertentu yang melakukan presentasi atau suatu permainan. Sedangkan siswa lain bertugas memberikan tanggapan kerja kelompok tersebut. Hal ini dapat  dimaksudkan unutk menanamkan kesadaran tentang pentingnya kepemimpinan, memperhatikan kebutuhan individu, kerja sama, keterlibatan individu dalam kelompok, dan saling menghormati dan menghargai orang lain.
b.      Memenuhi kebutuhan belajar
Kebutuhan merupakan kondisi antara apa yang ada dalam kenyataan (what is) dan apa yang seharusnya/diinginkan (what should be). Kebutuhan dalam pendidikan adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jika terjadi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki dengan yang diinginkan maka muncullah kebutuhan pendidikan. Fasilitator perlu memberikan bantuan belajar dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan siswa.
c.       Membantu mengungkapkan emosi
Dalam kegiatan belajar humanistic, fasilitator hendaknya membantu siswa dalam mengungkapkan emosi. Pendidik yang mampu memahami kondisi emosional siswa akan berhasil melaksanakan pembelajaran. Begitu juga dengan siswa yang memahami kondisi emosional temannya dan pendidik, dia akan mudah beradaptasi dan berhasil dalam belajar. Mengelola emosi lebih sukar daripada mengelola intelektual. Mengembangkan kemampuan emosi tidaklah mudah karena diperlukan kemampuan memahami diri, orang lin, dan statu dan peran di lingkungannya.
d.      Membantu belajar
Untuk menjadi pendidik humanistic, seseorang harus mampu dan mau mendengarkan, mengelola gagasan, mengemas saran yang mengaraha pada pencapaian tujuan yang telah menjadi kebutuhan siswa. Belajar sambil bekerja (learning by doing) merupakan pengalaman terbaik untuk menambah keterampilan menfasilitasi aktivitas belajar siswa. Pendidik bertugas sebagai fasilitator yang membantu siswa belajar. Tindakannya berupa penyediaan sumber daya dan pemilihan teknik untuk membantu belajar siswa.
2.      Bentuk Pembelajaran
Proses pembelajaran humanistic umumnya menggunakan kegiatan terbuka, di mana siswa harus menemukan informasi, membuat keputusan, memcahkan masalah, dan membuat produk sendiri. Pendidik humanistic cenderung lebih menyukai pengguanaan metode pembelajaran field trip di luar kelas/sekolah karena peserta didik akan mampu mengeksplorasi fenomena yang terjadi di dunia nyata. Melalui kegiatan di alam nyata maka akan ditemui 2 keuntungan yaitu
·         Siswa menguasai bahan yang dipelajari
·         Memiliki pengalaman menemukan informasi, menggunakan pikiran dan imajinasinya dalam belajar, belajar memperkaya informasi dari dunia nyata, dan menemukan kepuasan dalam belajar.
Dalam pendidikan humanistic, siswa tidak memiliki tempat duduk yang tetap seperti dalam pendidikan konvensional. Ada beberapa area yang harus dimiliki oleh sekolah dalam pendidikan humanistic yaitu area matematika, area IPA, area IPS, area agama, dan lainnya. Siswa diberi kebebasan menggunakan area tersebut sebagai tempat belajar sesuai kegiatan belajarnya. Sementara itu, pendidik bertugas mendampingi  dan memberikan bimbingan belajar jika siswa memerlukan.
Pengguanaan jadwal pelajaran tidak dilakukan secara ketat karena siswa memilih belajarnya sendiri. Siswa yang tertarik dengan pelajaran itu diminta melanjutkan, namun jika sudah bosan boleh berganti dengan pelajaran yang lain. Walaupun demikian, setiap hari siswa diminta belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan tanggung jawab belajar sendiri. Pendidik bertindak sebagai pengamat, pembimbing, dan mitra belajar siswa.
Karakteristik kelas terbuka dalam pendidikan humanistic.
a.       siswa diberi kebebasan memilih kegiatan belajar.
b.      Fleksibilitas menggunakan ruang belajar.
c.       Kelas memiliki berbagai macam bahan ajar.
d.      Menekankan pembelaran individual dan kelompok kecil.
e.       Menggunakan kurikulum terpadu.
f.       Pendidik sebagai fasilitator belajar.
g.      Pendidik dan siswa saling menghormati.
h.      Menerapkan evaluasi diagnostic untuk memperbaiki belajar siswa.
i.        Kelompok siswa terdiri dari anggota yang beragam usianya.














Penutup
A.    Simpulan
Aliran humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Peserta didik diberi kebebasan untuk tumbuh dan kreatif sehingga menjadi individu beraktualisasi diri (actualized persons). Tokoh-tokoh aliran humanistic di antaranya Abraham Maslow, Carl Roger, dan Artur Combs. Dalam buku Freedom To Learn ditemukan adanya prinsip-prinsip pembelajaran humanistic. Dalam pembelajaran humanistic, peran penndidik adlah menciptakan iklim belajar, memenuhi kebutuhan belajar, membantu mengungkapkan emosi, dan membantu belajar siswa. Bentuk pembelajaran dilakukan dengan kegiatan terbuka.

B.     Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.











Daftar Pustaka
Suprijono, Agus.2009.Cooperative Learning.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Trianto.2007.Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta:Prestasi Pustaka.
Sumantri, Mulyani dan nana Syaodih.2007.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:universitas Terbuka.
Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar