Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
psikologi pendidikan
Dosen Pengampu Sri Susilaningsih, S.Pd,
M.Pd
Disusun oleh
Muin Arifah
NIM. 1401410203
Rombel 5
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Belajar adalah proses
pemberian informasi sehingga terjadi perubahan perilaku individu. Sering
dijumpai dala pembelajaran konvensional pendidik menjadi pusat belajar, di mana
siswa harus menerima apa yang diucapakan pendidik. Selain itu, pembelajaran di kelas
sering membuat siswa bosan, mereka terus dipaksa untuk melakukan pembelajaran
yang tidak disukainya. Nilai tes dianggap sebagi ukuran untuk menentukan
kemampuan siswa. Tak jarang banyak siswa yang melakukan kecurangan saat
evaluasi dilaksanakan seperti mencontek, bekerja sama dengan teman saat
evaluasi, dan mencuri kunci jawaban.
Pendidikan humanistik berusaha
mengembangkan individu secara
keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional,
sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model
pendidikan humanistic. Penganut aliran Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri
manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada
setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan
pun senantiasa berubah.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana akar munculnya aliran
humanistic?
2. Siapa tokoh penting dalam aliran humanistic
dan teorinya?
3. Apa saja prinsip dalam teori belajar
humanistik?
4. Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik?
5. Apa aplikasi aliran humanistic dalam
pembelajaran?
C. Tujuan
Penulisan
1. Menjelaskan akar munculnya aliran
humanistic.
2. Menjelaskan tokoh penting dalam
aliran humanistic dan teorinya.
3. Menjelaskan prinsip dalam teori
belajar humanistic.
4. Menjelaskan aplikasi teori belajar humanistic.
5. Menjelaskan aplikasi aliran
humanistic dalam pembelajaran.
Abstrak
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi
kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku
manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia.
Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi
sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Psikologi humanistik juga memberikan
sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan
humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan
individu secara keseluruhan melalui
pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan
keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistic. Aliran
Psikologi Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui
penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan.
Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa
berubah.
Kata kunci: psikologi, humanistik, pendidikan
Pendahuluan
A.
Akar Munculnya aliran Humanistik
Aliran
humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa
dan behavioristik. Beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep
yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan
pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif
tentang manusia. Praktik pendidikan humanistic berkembang di Amerika Serikat
pada tahun 1960-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1990-an dengan munculnya
tokoh-tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Carls Rogers.
Sebenarnya
pendidik humanistic merupakan penerus dari John Dewey, pelopor pendidikan
progresif. Dia menolak gagasan psikologi modern dan penggunahan latihan sebagai
metode pembelajaran serta aspek lainnya yang tidak memiliki nilai manfaat dan
hanya memiliki fungsi dekoratif. Penyajian bahan belajar yang spesifik dan
ketat, penggunaan metode pembelajaran yang sistematis, memotivasi peserta
didik, yang dilakukan pendidik seperti
sekarang ini akan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta
didik, namun tidak akan mampu menumbuhkembangkan kepekaan anak, kreativitas,
dan potensi anak. Pakar pendekatan humanistic percaya bahwa setiap individu
memiliki sifat-sifat kebajikan dari dalam (menyangkut minat, bakat, kemampuan,
dan hasrat ingin tahu) dan bersifat realistic.
Hasil
belajar yang berkaitan dengan perkembangan sosioemosional lebih penting
dibandingkan dengan hasil pendidikan yang bersifat akademik. Peserta didik
diberi kebebasan untuk tumbuh dan kreatif sehingga menjadi individu
beraktualisasi diri (actualized persons). Maka dari itu, diperlukan lingkungan
yang mendukung individu dalam mengungkapkan sifat-sifat perseptif, spontan,
ekspresif, tidak bersifat pura-pura, menyenangkan, dan tidak menakutkan. Hal
ini akan mampu membuat individu mengarahkan diri sendiri, percaya diri, matang,
realistic dalam mencapai tujuan yang fleksibel seperti yang diinginkannya.
B. Tokoh-tokoh Penting dalam Aliran Humanistik dan Teorinya
1. Abraham Maslow
Dalam
hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan
fisiologis, lalu kebutuhan individu berkembang dengan kebutuhan ingin
dilindungi, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan seterusnya hingga kebutuhan
tersebut berkembang menjadi kebutuhan mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan
untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Tahap
kebutuhan tersebut tidak bersifat statis. Setiap kebutuhan bisa semakin
meningkat atau melemah tergantung dari perkembangan masing-masing individu. Bagaimana
cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang.
Implikasi
dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Apabila guru menemukan
kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas,atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru
tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan
untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum makan pagi yang
cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi /keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
2. Carl R. Rogers
Rogers
mengutarakan pendapat tentang karakteristik belajar yang humanistik,
meliputi prinsip berikut :
a.
Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers, manusia
mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa
ingin tahu anak apabila diberi kesempatan mengeksplorasi lingkungan.
b.
Belajar yang Berarti
Belajar akan mempunyai arti
atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak
sehingga anak akan belajar lebih cepat.
c.
Belajar Tanpa Ancaman
Proses belajar akan berjalan
lancar tanpa ancaman manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat
kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
d.
Belajar atas Inisiatif
Sendiri
Belajar yang dilakukan atas inisiatif
sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar akan mampu memberikan motivas
anaki.
e.
Belajar dan Perubahan
Waktu lampau dunia lambat brerubah, dan
apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan
zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral akibat kemajuan IPTEK.
3. Arthur Combs
Menurut
Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya
kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari
adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Ada kalanya banyak
hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya
dengan dirinya Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar,
sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang
dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas
yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini,
dkk. 1993).
Suatu kekeliruan
jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan pelajaran
disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat
pada bahan pelajaran itu. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah
bagaimana bahan pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu
murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran
tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut
dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa
missinya telah berhasil.
C. Prinsip Belajar Humanistik
Dari bukunya Freedom To Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai
kemampuan belajar secara alami.
- Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
- Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
- Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
- Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
- Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
- Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
- Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
- Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
- Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
D.
Aplikasi Aliran Humanistik dalam Pembelajaran
Pembelajaran
humanistic sebenarnya lebih dipengaruhi oleh pandangan filsafat humanisme yang
beranggapan bahwa pentingnya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab siswa. Bila
seseorang mampu mengaktualisasi dirinya dengan bebas tanpa adanya tekanan
lingkungan, maka ia akan mencapai kesejahteraan. Untuk itu, pembelajaran
hendaknya menjadikan siswa itu dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri.
Prinsip yang Nampak dalam kegiatan pembelajaran humanistic cenderung mendorong
anak untuk berfikir induktif karena mementingkan factor pengalaman dan
keterlibatan aktif dalam proses belajar.
1.
Fungsi Pendidik
Peran pendidik dalam pembelajaran humanistic adalah sebagai
fasilitator. Pendidik bertugas membimbing belajar, sebagai model dan teman
siswa dalam pemecahan masalah, sebagai katalisator dalam memprakarsai proses
belajar, dan sebagai pembantu dalam proses belajar. Sedangkan tanggung jawab
dan pemilihan kegiatan belajar tetap pada diri siswa.
Ada 5 peran pendidik dalam menerapkan kegiatan pembelajaran
humanistic.
a.
Menciptakan iklim belajar
Lingkungan belajar dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan fisik perlu dirancang agar suasana menjadi nyaman seperti
temperature, ventilasi udara, tempat duduk, lampu penerangan, cat dinding
berwarna cerah. Aspek lain untuk menciptakan iklim belajar yaitu kegiatan
belajar yang efektif diperlukan kekayaan dan kemudahan memperoleh sumber daya.
Ada 4 faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif.
1)
Persiapan sarana dan
kegiatan belajar
Proses pemberian informasi dalam pembelajaran sebaiknya
menggunakan tampilan yang menarik dan mudah dipahami sehingga mendorong
semangat siswa untuk mengikuti pelajaran. Siswa juga perlu dilibatkan dalam
menyiapkan sarana belajar seperti OHP, LCD, dan computer.
2)
Pengaturan lingkungan
Sebelum kegiatan belajar dimulai, hendaknya lingkungan fisik
ditata sehingga tampak menyenangkan. Posisi tempat duduk perlu divariasi.
Sarana belajar yang posisinya kurang tepat dibenarkan dahulu sehingga siswa
merasa nyaman untuk belajar.
3)
Pembukaan pelajaran
Dalam pembukaan pelajaran dapat memberikan orientasi mengenai
tujuan dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan siswa. Misalnya dalam
kegiatan diskusi, dalam pembukaan pelajaran dijadikan forum untuk
memperkenalkan anggota kelompok.
4)
Membangun suasana
kebersamaan
Yaitu adanya kerja sama pada kelompok tertentu yang melakukan
presentasi atau suatu permainan. Sedangkan siswa lain bertugas memberikan
tanggapan kerja kelompok tersebut. Hal ini dapat dimaksudkan unutk menanamkan kesadaran
tentang pentingnya kepemimpinan, memperhatikan kebutuhan individu, kerja sama,
keterlibatan individu dalam kelompok, dan saling menghormati dan menghargai
orang lain.
b.
Memenuhi kebutuhan belajar
Kebutuhan merupakan kondisi antara apa yang ada dalam kenyataan (what is) dan apa yang
seharusnya/diinginkan (what should be).
Kebutuhan dalam pendidikan adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jika
terjadi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki dengan yang diinginkan maka
muncullah kebutuhan pendidikan. Fasilitator perlu memberikan bantuan belajar
dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan siswa.
c.
Membantu mengungkapkan emosi
Dalam kegiatan belajar humanistic, fasilitator hendaknya membantu
siswa dalam mengungkapkan emosi. Pendidik yang mampu memahami kondisi emosional
siswa akan berhasil melaksanakan pembelajaran. Begitu juga dengan siswa yang
memahami kondisi emosional temannya dan pendidik, dia akan mudah beradaptasi
dan berhasil dalam belajar. Mengelola emosi lebih sukar daripada mengelola
intelektual. Mengembangkan kemampuan emosi tidaklah mudah karena diperlukan
kemampuan memahami diri, orang lin, dan statu dan peran di lingkungannya.
d.
Membantu belajar
Untuk menjadi pendidik humanistic, seseorang harus mampu dan mau
mendengarkan, mengelola gagasan, mengemas saran yang mengaraha pada pencapaian
tujuan yang telah menjadi kebutuhan siswa. Belajar sambil bekerja (learning by doing) merupakan pengalaman
terbaik untuk menambah keterampilan menfasilitasi aktivitas belajar siswa.
Pendidik bertugas sebagai fasilitator yang membantu siswa belajar. Tindakannya
berupa penyediaan sumber daya dan pemilihan teknik untuk membantu belajar
siswa.
2.
Bentuk Pembelajaran
Proses pembelajaran humanistic umumnya menggunakan kegiatan
terbuka, di mana siswa harus menemukan informasi, membuat keputusan, memcahkan
masalah, dan membuat produk sendiri. Pendidik humanistic cenderung lebih
menyukai pengguanaan metode pembelajaran field
trip di luar kelas/sekolah karena peserta didik akan mampu mengeksplorasi
fenomena yang terjadi di dunia nyata. Melalui kegiatan di alam nyata maka akan
ditemui 2 keuntungan yaitu
·
Siswa menguasai bahan yang
dipelajari
·
Memiliki pengalaman
menemukan informasi, menggunakan pikiran dan imajinasinya dalam belajar,
belajar memperkaya informasi dari dunia nyata, dan menemukan kepuasan dalam
belajar.
Dalam pendidikan humanistic, siswa tidak memiliki tempat duduk
yang tetap seperti dalam pendidikan konvensional. Ada beberapa area yang harus
dimiliki oleh sekolah dalam pendidikan humanistic yaitu area matematika, area
IPA, area IPS, area agama, dan lainnya. Siswa diberi kebebasan menggunakan area
tersebut sebagai tempat belajar sesuai kegiatan belajarnya. Sementara itu,
pendidik bertugas mendampingi dan
memberikan bimbingan belajar jika siswa memerlukan.
Pengguanaan jadwal pelajaran tidak dilakukan secara ketat karena
siswa memilih belajarnya sendiri. Siswa yang tertarik dengan pelajaran itu
diminta melanjutkan, namun jika sudah bosan boleh berganti dengan pelajaran
yang lain. Walaupun demikian, setiap hari siswa diminta belajar membaca,
menulis, dan berhitung dengan tanggung jawab belajar sendiri. Pendidik
bertindak sebagai pengamat, pembimbing, dan mitra belajar siswa.
Karakteristik kelas terbuka dalam pendidikan humanistic.
a.
siswa diberi kebebasan
memilih kegiatan belajar.
b.
Fleksibilitas menggunakan
ruang belajar.
c.
Kelas memiliki berbagai
macam bahan ajar.
d.
Menekankan pembelaran
individual dan kelompok kecil.
e.
Menggunakan kurikulum
terpadu.
f.
Pendidik sebagai fasilitator
belajar.
g.
Pendidik dan siswa saling
menghormati.
h.
Menerapkan evaluasi
diagnostic untuk memperbaiki belajar siswa.
i.
Kelompok siswa terdiri dari
anggota yang beragam usianya.
Penutup
A.
Simpulan
Aliran humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Peserta didik diberi kebebasan untuk
tumbuh dan kreatif sehingga menjadi individu beraktualisasi diri (actualized
persons). Tokoh-tokoh aliran humanistic di antaranya Abraham Maslow, Carl
Roger, dan Artur Combs. Dalam buku Freedom To Learn ditemukan adanya
prinsip-prinsip pembelajaran humanistic. Dalam pembelajaran humanistic, peran
penndidik adlah menciptakan iklim belajar, memenuhi kebutuhan belajar, membantu
mengungkapkan emosi, dan membantu belajar siswa. Bentuk pembelajaran dilakukan
dengan kegiatan terbuka.
B.
Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan
teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam
dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar
dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip
pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya
akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia
Indonesia seutuhnya.
Daftar Pustaka
Suprijono, Agus.2009.Cooperative Learning.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Trianto.2007.Model-model pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta:Prestasi Pustaka.
Sumantri,
Mulyani dan nana Syaodih.2007.Perkembangan
Peserta Didik.Jakarta:universitas Terbuka.
Rifai, Achmad dan Tri
Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press
www.journal.uii.ac.id/index.php/JPI/article/view/191/180. (Diunduh:01/12/2011)
www.trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/.../teori-belajar-humanistik. (Diunduh : 04/12/2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar